10 September, 2009

Sony Sugema tentang Ekonomi Syariah: “Kita Jangan Mau Dibohongi!”

Selasa, 11/08/2009 14:49 WIB Cetak |  Kirim |  RSS

Dalam konfrensi pers tentang akan dilaksanakannya Seminar Internasional Ekonomi Syariah di Jakarta Kamis pekan ini, Sony Sugema, seorang pemerhati ekonomi syariah mengatakan bahwa umat Islam di Indonesia harus melek dengan ekonomi syariah. Khususnya, soal manipulasi uang kertas yang terus membuat rakyat Indonesia menjadi miskin.
“Umat Islam harus kembali kepada ekonomi syariah dalam bermuamalah sehari-hari!” ujarnya. Menurut Sony, alat tukar uang kertas selalu memberikan nilai inflasi senilai 10 persen tiap tahun. Dan kalau pun seseorang mendepositokan uangnya dalam satu tahun, ia hanya dapat bunga sebesar 6 persen. Jadi, masih menurut Sony, ada tekor sebesar 4 persen. Belum lagi dosa riba yang tergolong dosa besar menurut ajaran Islam.
Uang kertas yang dimaksud Sony adalah tanpa kecuali. Bisa rupiah, dolar Amerika, dan lain-lain. Ia memberikan ilustrasi betapa umat Islam telah rugi besar dengan menyimpan uang kertas. “Jika dilihat tahun 97, ongkos naik haji sebesar 7 juta lima ratus ribu atau senilai 3.300 dolar Amerika, atau senilai 310 dinar. Tapi sekarang, ONH sama dengan 300 dolar dan hanya 100 dinar,” papar Sony.
Lebih lanjut ia mengilustrasikan, sejak di masa Rasulullah, harga kambing senilai satu dinar. Dan sekarang, setelah 14 abad lebih, harga kambing tetap senilai satu dinar.
“Karena itu, saatnya umat Islam kembali ke dinar seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. dan para sahabat,” ajak Sony yang juga pengurus gerai dinar di Jakarta.
Selain Sony, ketua panitia pelaksana Seminar Internasional Ekonomi Syariah, Agus Priono menjelaskan soal latar belakang diadakannya seminar ini. Menurutnya, “Kita ingin mengajak umat Islam yang merupakan mayoritas di negeri ini untuk bisa mengantisipasi krisis keuangan global dengan kembali ke ekonomi syariah. Di antaranya dengan menyimpan uang dengan dinar atau dirham.”
Rencananya, seminar ini akan diadakan di Wisma Antara dengan salah seorang pembicaranya seorang pakar ekonomi syariah dari Yaman, Prof. Dr. Hasan Tsabit.
Sayangnya, dukungan pemerintah dalam penyadaran umat untuk kembali ke ekonomi syariah masih sangat lemah. Padahal, di situlah kunci solusi krisis ekonomi saat ini. Bahkan, menurut Sony Sugema, ada salah satu butir undang-undang IMF yang melarang semua negara anggotanya untuk menjadikan dinar dan dirham sebagai alat tukar. mnh
foto: pikiran rakyat.com

(Arsip Berita Nasional)

Description

ekonomi,ekonomi indonesia,sistem ekonomi,ekonomi islam,ekonomi makro,pembangunan ekonomi,ekonomi global,jurnal ekonomi,makalah ekonomi,ilmu ekonomi,masalah ekonomi,teori ekonomi,artikel ekonomi,ekonomi 2008,ekonomi internasional,ekonomi malaysia,pengertian ekonomi,sosial ekonomi,ekonomi 2009,ekonomi pdf,ekonomi politik,tentang ekonomi,bidang ekonomi,dampak ekonomi,ekonomi negara,globalisasi ekonomi,hukum ekonomi,perkembangan ekonomi,ekonomi dunia,ekonomi manajemen,kebijakan ekonomi,definisi ekonomi,ekonomi bisnis,ekonomi masyarakat,ekonomi pertanian,pendidikan ekonomi,analisis ekonomi,permasalahan ekonomi,www ekonomi,aspek ekonomi,ekonomi com,ekonomi indonesia 2008,ekonomi koperasi,ekonomi lingkungan,ekonomi nasional,ekonomi pasar,ekonomi ppt,ekonomi regional,ekonomi sözlüğü,kondisi ekonomi,konsep ekonomi,sektor ekonomi,tokoh ekonomi,ekonomi daerah,ekonomi dan bisnis,ekonomi industri,ekonomi kesehatan,ekonomi pemerintah,ekonomi publik,kasus ekonomi,peranan ekonomi,analisa ekonomi,ekonomi indonesia 2009,ekonomi rakyat,makalah ekonomi pembangunan,makalah tentang ekonomi,pembangunan ekonomi indonesia,www ekonomi com,ekonomi perusahaan,forum ekonomi,krisis ekonomi di indonesia,model ekonomi,pengembangan ekonomi,peran ekonomi,perencanaan ekonomi,sosiologi ekonomi,budaya ekonomi,ekonomi as,ekonomi asia,ekonomi saat ini,ekonomi thailand,jurnal ekonomi pembangunan,lembaga ekonomi,status ekonomi,strategi ekonomi,ekonomi china,ekonomi india,ekonomi media,ekonomi modern,ekonomi pariwisata,ekonomi wikipedia,investasi ekonomi,kondisi ekonomi indonesia,pengangguran ekonomi,permasalahan ekonomi indonesia,prospek ekonomi,artikel ekonomi pembangunan,ebook ekonomi,ekonomi usa,jurnal ekonomi dan bisnis,kemiskinan ekonomi,motif ekonomi,organisasi ekonomi,paper ekonomi,dampak krisis ekonomi amerika,ekonomi indonesia saat ini,ekonomi kelembagaan,ekonomi sdm,ekonomi sumber daya manusia,kawasan ekonomi khusus,kebijakan ekonomi indonesia,majalah ekonomi,makalah ekonomi islam

Sekali Lagi Tentang Ekonomi Pasar Sosial

Januari 15, 2008 · & Komentar

Ekonomi Pasar Sosial, tiga kata ini belakangan menjadi konsep yang digadang-gadang sebagai alternatif. Tak sedikit yang membahasnya, mengulas dan menyesuaikannya dengan kebutuhan Indonesia. Tak sedikit pula yang terjebak dan salah memahaminya.
Saya teringat pada sebuah diskusi panel yang saya hadiri tanggal 3 Desember, di gedung CSIS, Jl. Tanah Abang II, Jakarta Pusat, yang sebenarnya membahas persoalan persaingan (kompetisi), UU no. 5 tahun 1999, KPPU, dan kasus Temasek yang baru-baru ini mencuat. Namun karena persoalan persaingan usaha, kompetisi, monopoli, peran negara, atau ekonomi pasar adalah prinsip-prinsip yang dibahas pula didalam ekonomi pasar sosial, maka mau tidak mau bersinggunganlah pembahasan salah satu pembicara dengan konsep ini.
Adalah Faisal Basri, ekonom yang juga pernah menjadi anggota komisioner KPPU, dalam paparannya mengatakan bahwa persoalan kompetisi di Indonesia justru banyak mendapat hambatan dari perilaku badan usaha milik negara (BUMN), yang banyak melakukan monopoli dalam praktek usahanya. Umumnya mereka tak menghendaki persaingan/kompetisi. Oleh karenanya Faisal mengajukan privatisasi sebagai salah satu solusinya dan mengkedepankan kompetisi yang fair dikalangan pelaku usaha. Privatisasi BUMN tersebut tak harus berarti pemodal asing, oleh lokal pun tak mengapa, karena disisi yang lain Faisal mengkritik pula penguasaan modal asing atas beberapa sektor usaha yang ada di Indonesia.
Pendek kata, menurut Faisal Basri kesalahan mendasar yang dimiliki oleh Indonesia adalah tak jelasnya sistem atau ideologi yang mendasari pembangunan ekonomi. Oleh karenanya ia mengusulkan konsep “ekonomi pasar sosial,” yang menurutnya telah memiliki akar di Indonesia dan pernah pula dipromosikan oleh Muhammad Hatta.
Saya tak paham apakah yang dimaksud oleh Faisal Basri adalah koperasi atau sistem ekonomi pasar sosial atau justru sistem ekonomi pasar sosialis? Ketiga pemahaman ini jelas berbeda.
Lebih membingungkan lagi, dalam paparannya kemudian Faisal Basri jelas mengkritik ekonomi pasar yang dianggap semakin membuka peluang pemisahan yang semakin dalam antara kaya dengan miskin. Tak ada yang salah terhadap haknya melontarkan kritik dan argumen. Yang menjadi persoalan adalah tak tersambungnya berbagai penjelasan tersebut.
Soal monopoli BUMN dan keengganan mereka untuk melakukan kompetisi tak dapat disanggah lagi. Mendorong BUMN untuk melakukan privatisasi juga merupakan salah satu cara agar sektor usaha yang dikuasainya menjadi lebih sehat. Disisi yang lain soal privatisasi dan kompetisi ini sangat erat kaitannya dengan ekonomi pasar. Di sistem yang masih menganut ekonomi sentralistik jangan harap akan ada privatisasi atau kompetisi.
Lantas Faisal Basri berkelit dengan jurus ekonomi pasar sosial “ala” Indonesia, yang disebutnya berakar pada budaya dan tradisi Indonesia, yang tidak semata bergantung pada ekonomi pasar.
Lagi-lagi pendapat ini menjadi aneh. Karena tak ada satu literatur pun yang setahu saya pernah menyebutkan “social market economy” berakar pada konsep yang tumbuh di Indonesia. Jika kata “sosial” yang dijadikan alasan untuk mngkaitkan konsep ini dengan Indonesia dan Muhammad Hatta, mungkin yang dimaksud adalah “koperasi,” yang sesungguhnya diadopsi pula oleh Hatta. (Mungkin bisa dibaca dalam bukunya “Mengayuh Diantara Dua Karang”)
Jika tak ada mekanisme ekonomi pasar bagaimana akan ada sebuah kompetisi? Padahal kompetisi ini lah yang disyaratkan (salah satunya), oleh sistem ekonomi pasar sosial.
Jadi kita tunggu saja konsep Ekonomi Pasar Sosial ala Faisal Basri ini, yang menurutnya akan diluncurkan pada Mei 2008.

Kategori: Tak Berkategori
Ditandai: , , , ,

2 tanggapan so far ↓

  • saya masih melihat banyaknya kepntingan dan gaya kapitalis yang mengedalikan Indonesia, karena bagaimana mungkin bangsa yang mempunyai banyak sumber daya tak mampu memberikan jaminan kesejahteraan rakyatnya.
    padahal menurut teori ekonomi klasik bahwa apabila ekonomi dikuasai oleh negara maka rakyat tak akan dapat mampu membangun kesejahteraan berdasarkan market. tapi bila ekonomi dikuasi market maka rakyat akan sejahtera. nyatanya kita masih dikotomi antara kapitalis dengan rakyat. kapan dong bangsa ini menikmati sumber daya negerinya
  • Oleh karenanya negara harus memberi kesempatan kepada rakyat untuk lebih leluasa berusaha, bukan negara justru menjadi pemain mencari keuntungan ekonomi.. :)

Tinggalkan sebuah Komentar







07 September, 2009

rangkuman ekonomi tentang permasalahan manusia tentang ekonomi

rangkuman :
^kelangkaan terjadi karena kebutuhan manusia yg tidak terbatas dihadapkan pada sumber daya yang terbatas.
^kelangkaan mengharuskan seseoorang untuk melakukan prioritas atau pilihan.
^masalah pokok yang biasanya dihadapi oleh setiap organisasi ekonomi adalah barang apa yg akan diproduksi,bagaimana barang akan diproduksi,& untuk siapa barang tersebut diproduksi.
^dalam sistem ekonomi tradisional,pengaruh norma adat dalam mengatur ekonomi sangat kuat & kegiatan ekonomi belum berorientasi pada pasar.
^dalam sistem ekonomi pasar,masyarakat diberikan kebebasan untuk berusaha & bersaing serta orientasi produksi diarahkan kepasar untuk meraih keuntungan maksimal
^dalam sistem ekonomi terpusat,semua alat ataupun sumber produksi dimiliki oleh negara & semua kegiatan ekonomi direncanakan serta dikembalikan oleh pemerintah.
^sistem ekonomi campuran merupakan kombinasi dari unsur unsur sistem ekonomi tradisional,pasar,& terpusat.